Kamis, 20 Oktober 2016

Asap Cair untuk Susu



Asap Cair untuk Susu



RINGKASAN

Susu merupakan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi, mudah dicerna dan  nutrisi lengkap yang dibutuhkan manusia. Oleh karena itu, susu merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Susu sangat mudah mengalami kerusakan apabila managemen pemerahan tidak dilaksanakan dengan baik.
Susu yang dihasilkan oleh ternak yang sehat akan menghasilkan susu yang sehat pula. Pencemaran baru terjadi setelah susu keluar dari puting. Oleh sebab itu penanganan susu agar tetap memenuhi syarat kualitas susu segar yang ditetapkan oleh SNI.No.:01-6366-2000 bisa tercapai dan masyarakat dapat memperoleh dan mengkonsumsi susu yang sehat dan berkualitas baik. Susu yang kurang baik, akan memperpendek masa simpannya dan menurunkan kualitasnya.  Tindakan yang umum dilakukan oleh peternak ialah memasukan susu kedalam pendingin sehingga tidak efektif dilakukan oleh peternak karena biaya fasilitas pendingin yang mahal.
 Alternatif lain yang dapat dilakukan untuk dapat menjaga meningkatkan kualitas serta memperpanjang masa simpan susu adalah dengan  penambahan asap cair berherbal. Asap cair umumnya digunakan masyarakat dalam pengawetan ikan dan daging, karena Asap cair mengandung senyawa–senyawa yang bersifat antibakteri dan antioksidant sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Selain itu asap cair perlu diperkaya dengan herbal karena mengandung antioksidan alami yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan. Berbagai kerusakan seperti ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik lain pada produk pangan karena oksidasi dapat dihambat oleh  antioksidan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan dilaboratorium Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Unand. Rancanagan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial 4x4 dengan 3 ulangan. Faktor A adalah dosis asap cair (0%, 1%, 2%, dan 3%). Faktor B adalah Herbal (herbal 0%, 0.02% kunyit putih, 0.06% kunyit mangga dan 0.03% jintan). Peubah yang diukur yaitu pH, total bakteri, kadar lemak, kandungan antioksidan dan masa simpan.

Luaran dari penelitian ini adalah memperoleh dosis asap cair berherbal yang dapat meningkatkan kualitas dan memperpanjang masa simpan susu segar serta meningkatkan pendapatan peternak karena memperpanjang waktu penyaluran ke konsumen dan menghasilkan susu berantioksidan Luaran lain dari penelitian ini adalah publikasi pada jurnal  nasional /internasional.


BAB 1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kandungan gizi yang lengkap menempatkan susu sebagai pangan bernilai tinggi, di sisi lain dengan kandungan gizi yang lengkap susu juga menjadi media tumbuh paling baik bagi perkembangbiakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Secara alamiah susu yang berasal dari ternak yang sehat akan menghasilkan susu yang steril dari mikroorganisme. Tetapi begitu susu keluar dari puting, proses kontaminasi mikroorganisme akan berlangsung. Mikroorganisme lainnya akan masuk ke dalam susu selama proses pemerahan, transportasi, dan penyimpanan, jika peralatan yang digunakan selama ketiga proses yang dimaksud tidak bersih, terjaga, dan steril. Mikroorganisme yang terdapat pada susu  diantaranya bakteri, ragi dan jamur. Dengan adanya mikroorganisme tersebut maka susu sapi segar akan mudah rusak, hanya selang empat jam setelah pemerahan, susu segar akan berangsur-angsur menurun kualitasnya, rusak atau membusuk (Anang, 2004).

Susu yang baru diperah harus segera ditangani agar kualitasnya tetap baik. Berbagai tindakan dilakukan untuk mempertahankan kualitas susu dan memperpanjang masa simpan susu segar. Salah satu tindakan sederhana  yaitu dengan pendinginan susu ke dalam lemari es atau freezer, atau cara lain susu disimpan dalam milkcan kemudian direndam dalam air dingin yang mengalir. Pada suhu rendah metabolisme bakteri akan terganggu sehingga kemampuan berkembangbiaknya menjadi terbatas. Bagi peternak kecil tindakan tersebut bukan merupakan tindakan efisien yang dapat dilakukan karena penyediaan fasilitas pendingin dan pengadaan milkcan memerlukan biaya yang relatif mahal. Tindakan alternatif lainnya untuk dapat menjaga dan meningkatkan kualitas susu serta memperpanjang masa simpan susu dapat dilakukan dengan penambahan asap cair berherbal.
1
Asap cair merupakan hasil destilasi asap hasil pembakaran. Memanfaatkan limbah asap pada industri pembuatan arang tempurung kelapa menjadi asap cair akan memberikan nilai tambah bagi industri tersebut, bahkan dapat mengatasi pencemaran lingkungan. Asap cair mampu menjadi anti  bakteri dan antioksidan sehingga bahan makanan dapat bertahan lama tanpa membahayakan konsumen (Darmadji, dkk .,1996 dan Amritama, 2007). Menurut Darmadji, dkk (1996), pirolisis tempurung kelapa yang telah menjadi asap cair akan memiliki senyawa fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%. Senyawa-senyawa tersebut mampu mengawetkan makanan sehingga mampu bertahan lama karena memiliki fungsi utama yaitu sebagai penghambat perkembangan bakteri.Penambahan herbal kedalam asap cair diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas susu segar. Herbal seperti kunyit putih, kunyit mangga dan jintan merupakan tanaman yang mengandung antioksidan yang dapat mensubsitusi kandungan antioksidannya kedalam susu (Nurdin dkk., 2013). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil. Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan. Berbagai kerusakan seperti ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik lain pada produk pangan karena oksidasi dapat dihambat oleh  antioksidan ini.

Asap cair berherbal adalah asap cair yang telah dilakukan destilasi dan ditambahkan antioksidan alami untuk meningkatkan mutu bahan makanan. Siskos et al. (2007) juga mengemukakan bahwa asap cair herbal mengandung beberapa zat antimikroba. Penambahan antioksidan kedalam pembuatan asap cair diperlukan untuk mengurangi cemaran bahan berbahaya dan meningkatkan kandungan antioksidan nantinya di dalam susu. Kandungan antioksidan dalam susu akan menguntungkan konsumen yang mengkonsumsi susu berantioksidan ini, karena  antioksidan dapat mengikat radikal bebas yang berada dalam tubuh sebagai akibat stress lingkungan dan pada akhirnya akan meningkatkan daya tahan tubuh konsumen. Seperti yang disampaikan oleh Nurdin dkk., (2011), Nurdin dkk., (2012)  dan  Nurdin dkk.( 2014) bahwa pemberian antioksidan dalam ransum sapi perah dapat meningkatkan kandungan antioksidan dalam susu dan menurunkan kandungan logam berat dan racun-racun yang terdapat di lingkungan.

Penelitian ini menciptakan inovasi baru dalam mempertahankan kualitas, menghasilkan susu berantioksidan dan dapat memperpanjang masa simpan susu, sehingga dapat menjawab permasalahan yang dihadapi oleh peternak sapi perah terutama peternak kecil yang memiliki lokasi peternakan yang jauh dari pemukiman, lokasi yang belum dialiri istrik dan transportasi yang sulit. Penanganan susu segar penting artinya dalam mempertahankan kualitas sebelum sampai ke konsumen. Susu segar yang tidak ditangani dengan baik akan menurunkan kualitas yang pada akhirnya akan menurunkan pendapatan peternak.

Tujuan

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah memperoleh inovasi baru dalam  mempertahankan kualitas, menghasilkan susu berantioksidan dan dapat memperpanjang masa simpan susu.

Urgensi penelitian

Urgensi (keutamaan) dari penelitian ini adalah banyaknya susu yang mengalami penurunan kualitas akibat susu yang diperah tidak ditangani secara baik dan benar yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk penanganan awal dari susu segar. Terutama peternak kecil yang tidak memiliki fasilitas untuk melalakukan penanganan. Penambahan asap cair berherbal dapat menjaga serta meningkatkan kualitas susu segar dengan antioksidan yang tinggi selain itu asap cair berherbal dapat memperpanjang masa simpan susu.

Luaran yang Diharapkan

Luaran dari penelitian ini adalah memperoleh konsentrasi asap cair berherbal yang dapat meningkatkan kuanlitas dan memperpanjang masa simpan susu segar dan meningkatkan pendapatan peternak karena memperpanjang waktu penyaluran ke konsumen. Luaran lain dari penelitian ini adalah publikasi pada jurnal nasional dan atau internasional.
Manfaat Dari Kegiatan Ini
a.       Memperoleh  konsentarsi asap cair berherbal yang tepat dalam menjaga kualitas susu, menghasilkan susu berantioksidan dan memperpanjang masa simpan susu
b.      Memberikan informasi pada peternak sapi perah bahwa asap cair berherbal dapat menjaga kualitas susu, menghasilkan susu berantioksidan dan memperpanjang masa simpan susu segar
c.       Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan khususnya tentang potensi asap cair herbal.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Susu merupakan bahan makanan sempurna yang mengadung nilai gizi yang tinggi sehingga baik untuk dikonsumsi oleh manusia. Menurut Buckle dkk (1987), rata-rata komposisi  susu untuk semua kondisi dan jenis sapi perah adalah 3,9 % lemak, 3,4% protein, 4,8% laktosa, 0,72% abu dan 87,10% air. Disamping itu juga terdapat bahan lain dalam jumlah sedikit seperti sitrat, enzim, fosfolipid, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C.


Secara alami, susu mengandung mikroorganisme kurang dari 5 x 103/ml jika diperah dengan cara yang benar dan berasal dari sapi yang sehat (Jay 1996). Berdasarkan SNI 01-6366-2000, batas cemaran mikroba dalam susu segar adalah Total Plate Count (TPC) <1 x 106 cfu/ml, koliform < 2 x 101 cfu/ml,  Staphylococcus aureus 1 x 102 cfu/ml, Escherichia coli negatif,  Salmonella negatif, dan Streptococcus group B negatif. Beberapa bakteri seperti Listeria monocytogenes, Camphylobacter jejuni, E.coli, dan Salmonella sp. dilaporkan mengontaminasi susu dengan prevalensi kecil (Jayarao et al. 2006).

Mikroorganisme tersebut akan berkembang, apabila susu tidak ditangani secara benar , karena mikroorganisme tersebut  akan berkembang sangat cepat sesuai deret ukur, sehingga susu sapi segar akan berkurang kualitasnya dan akan rusak. Hanya selang empat jam setelah pemerahan susu segar akan berangsur-angsur menurunkan kualitasnya, rusak atau membusuk (Anang, 2004). Tanpa adanya tindakan awal yang diberikan pada susu segar, susu memiliki masa simpan selama 4 jam. Masa simpan sebuah produk adalah lamanya waktu dimana sebuah pangan dapat disimpan pada kondisi penyimpanan yang disarankan sesuai petunjuk penyimpanannya dan selama itu masih terjaga kesegaran dan kualitasnya yang dapat diterima (Cornell University, 2000). Sedangkan menurut Codex (CAC/RCP 57-2004), shelf-life adalah periode dimana sebuah produk dapat terjaga keamanannya dari dampak perkembangan mikrobiologis dan kelayakannya untuk dikonsumsi, pada suhu penyimpanan yang spesifik, dan tegantung pula pada tempat, kondisi penyimpanan, dan penanganan sebelumnya.

Menurut Codex (CAC/RCP 57-2004), shelf life produk susu dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain (1) kendali mutu mikrobiologis yang diterapkan, termasuk suhu penyimpanan; (2) metode pendinginan selama penanganan dan proses produksi; (3) jenis kemasan yang digunakan; (4) dan potensi atau kemungkinan kontaminasi pasca proses produksi.Shelf life produk susu juga dibatasi oleh perubahan mikrobiologis dalam susu (misalnya karena pertumbuhan bakteri patogen sampai tingkat tertentu menyebabkan kerusakan produk susu). Saat menentukan shelf life, produsen produk susu bertanggungjawab untuk menjamin dan mendemonstrasikan bagaimana keamanan dan kelayakan produk susu yang dihasilkannya dapat bertahan selama kurun waktu maksimum tertentu, termasuk memperhitungkan potensi kontaminasi yang tidak terantisipasi akibat penyimpangan suhu yang bisa terjadi selama proses pembuatan, penyimpanan, distribusi, penjualan, hingga penanganannya oleh konsumen.

Salah satu cara yang digunakan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan seperti ikan, daging dan telur adalah dengan menggunakan asap cair. Asap cair merupakan campuran terlarut dari disperse asap tempurung dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap hasil priolisis tempurung atau merupakan kondensat dari asap tempurung yang didalamnya terkandung berbagai unsure senyawa dengan titik didih yang berbeda beda. Factor yang sangat penting yang mempengaruhi konsentrasi dan komposisi asap cair, yaitu suhu pada saat priolisis dan jenis bahan yang digunakan (Girrad, 1992).

Asap cair mengandung berbagai senyawa yang dapat dikelompokkan ke dalam fenol, asam dan karbonil (Pszczola, 1995). Senyawa kimia utama yang terdapat di dalam asap antara lain asam formiat, asetat, butirat, kaprilat, vanilat dan asam siringat, dimetoksifenol, metal glioksal furfural, methanol, etanol, oktanol, asetaldehid, diasetil, aseton dan 3,4 benzopiren (Lawrie, 2003). Senyawa kimia tersebut dapat berperan sebagai bakteriostatik, bakteriosidal dan dapat menghambat oksidasi lemak sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang pada akhirnya lama penyimpanan dapat diperpanjang. Asap cair juga mengandung senyawa yang merugikan yaitu ter dan senyawa benzopiren yang bersifat toksik dan karsinogek serta menyebabkan kerusakan asam amino esensial dari protein dan vitamin-vitamin. Pengaruh ini disebabkan adanya sejumlah bahan kimia yang terdapat dalam asap cair yang dapat melakukan reaksi-reaksi dengan komponen bahan makanan (Pszczola, 1995).

 Haras (2004) menyebutkan bahwa ikan cakalang yang direndam dalam asap cair tempurung kelapa 2% selama 15 menit dan disimpan pada suhu kamar mulai mengalami kemunduran mutu pada hari ke-4. Febriani (2006) melaporkan bahwa ikan belut yang direndam asap cair tempurung kelapa konsentrasi 30% selama 15 menit dapat awet pada suhu kamar sampai hari ke-9. Gumanti (2006) melaporkan bahwa mie basah yang dicampur asap cair tempurung kelapa konsentrasi 0,09% dalam adonannya dapat awet hingga 2 hari pada suhu kamar.
Penambahan herbal dalam asap cair diperlukan agar bahan-bahan beracun atau berbahaya bagi kesehatan dapat dinetralisir oleh antioksidan yang terdapat dalam herbal, sehingga manfaat asap cair menjadi maksimal. Antioksidan adalah zat penghambat reaksi oksidasi akibat radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh,membran dinding sel, pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid sehingga menimbulkan penyakit.


BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1. Alat dan Bahan

Materi dalam penelitian ini adalah sus segar hasil pemerahan pagi hari yang diperoleh dari peternakan sapi perah di kota Padang dan asap cair yang diperkaya herbal dilakukan di laboratorium ternak perah Fakultas Peternakan Unand. Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah alcohol 70%, pepton water, Medium PCA, heksana atau pelarut lemak lainnya, aquades, larutan DPPH dan etil asetat. Sedangkan alat yang digunakan petridisk, vortexs, tabung reaksi, kapas, coloni counter, mikropipet, babcock, labu, gelas ukur, oven, desikator, pH meter, kuvet, beaker glass, bola hisap, corong dan tisu.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 4x4 dengan 3 ulangan. Perlakuan faktor A adalah konsentrasi asap cair (0%, 1%, 2% dan 3%), dan faktor B adalah herbal  (herbal 0%, 0.02% kunyit putih, 0.06% kunyit mangga dan 0.03% jintan). Peubah yang diamati yaitu pH, total bakteri, kadar lemak, kandungan antioksidan dan masa simpan.
Faktor A :
A1 = Penambahan konsentrasi asap cair  0%
A2 = Penambahan konsentrasi asap cair 1%
A3 = Penambahan konsentrasi asap cair 2%
A4 = Penambahan konsentrasi asap cair 3%
Faktor B :
B1 = Penambahan konsentrasi herbal 0%
B2 = Penambahan konsentrasi herbal 0,02% kunyit putih
B3 = Penambahan konsentrasi herbal 0,06% kunyit mangga
B4 = Penambahan konsentrasi herbal 0,03% jintan

Pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) berdasarkan Steel dan Torrie (1995).

3.2.1. pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Sebelum digunakan, alat dikalibrasi terlebih dahulu, kemudian distandarisasi dengan menggunakan dua larutan buffer, yaitu pH 7, kemudian pH sampel di ukur dengan mencelupkan elektroda ke dalam sampel (25ml), kemudian dilakukan pembacaan setelah dicapai nilai yang tetap.

3.2.2. Perhitungan Total Bakteri Patogen

Perhitungan total bakteri patogen dilakukan dengan metode plating (Rahayu dan Margino, 1997). Sampel 1 ml diencerkan dalam beberapa kali pengenceran, dengan menggunakan pepton water 9 ml, kemudian sampel yang telah diencerkan diambil 0,1ml di tuangkan kepermukaan media PCA (Plate Count Agar). Jumlah bakteri patogen dihitung untuk setiap kali pengenceran. Total koloni bakteri patogen (CFU / Colony Forming Unit / g) =
Total koloni patogen      

3.2.3. Kadar Lemak (metode Babcock)

Memasukkan sampel susu segar sebanyak 10 ml kedalam Babcock, kemudian dipanaskan sehingga suhu mencapai 20 sampai 300C, lalu ditambahakan H2SO4 dan dicampur dengan baik sehingga timbul gumpalan-gumpalan didalam susu setelah itu disentrifus selama 5 menit. Kemudian botol Babcock dimasukkan dalam air hangat atau dengan suhu 71,100 C dan suhu botol Babcock dijaga supaya tetap sekitar 20 sampai 300C. Kemudian cara diatas diulangi dangan sentrifus 2 menit. Lalu dimasukkan kembali kedalam air hangat. Diulangi lagi sentrifus selama 1 menit dan dicelup kembali pada air hangat. Sebelum melakukan pembacaan skala celupkan terlebih dahulu pada air hangat, kemudian panaskan pada penangas air dengan suhu kurang lebih 57,2 sampai 600 C selama 3 menit

3.2.4. Analisa Kandungan Antioksidan

Dimasukan 1 ml larutan DPPH 20 mM ke dalam 1 ml  sampel, dan menginkubasinya pada suhu kamar selama 30 menit. Setelah itu larutan diencerkan dengan metanol hingga volumenya menjadi 5 ml. Kemudian membaca absorbansi sampel tersebut dengan spektofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Untuk mengetahui kadar antioksidan, pada analisis ini juga diperlukan larutan blanko. Larutan blangko dibuat dengan mencampurkan semua larutan seperti prosedur di atas, tetapi 1 ml sampel diganti dengan 1 ml metanol.

3.2.5. Masa simpan

Masa simpan dinilai dengan cara hasil pengukuran pH,total bakteri, analisa uji lemak dan analisa kandungan antioksidan yang diamati pada waktu 0 jam, 4 jam, dan 6 jam. Sehingga hasil yang diperoleh dapat menentukan masa simpan susu.


 BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1. Anggaran Biaya

No.
Kegiatan
Jumlah Biaya (Rp)
1
peralatan penunjang
1.154.500
2
Bahan habis pakai
5.912.000
3
Perjalanan
1.945.000
4
Dan lain lain
2.200.000
Total
11.211.500

4.2. Jadwal Kegiatan

No
Kegiatan
Bulan ke
1
2
3
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Survey












2
Persiapan












3
Pengambilan data












4
Pengumpulan data












5
Pengolahan data












6
Penyusunan laporan awal












7
Penulisan laporan akhir












8
Publikasi














DAFTAR PUSTAKA

Amritama, D. 2007. Asap Cair. http://tech.groups.yahoo.comessage/7945. Diakses tanggal 4 Sepetember 2014.
Anang M. Legowo, PhD. (2004). Mengawetkan Susu Segar dengan LP-System. Kompas 7 Juli 2004.
Buckle, K. A, R. A Edwards, G. H, Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan. H. Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Codex Alimentarius Comission. 2004. CAC/RCP 57-2004 : CODE OF HYGIENIC PRACTICE FOR MILK AND MILK PRODUCTS. FAO and WHO, Rome.
Cornell University. 2000. Pasteurized versus Ultra Pasteurized Milk – Why such Sell-by Dates ?. Cornell University’s College of Agriculture and Life Sciences Web site.
Darmadji, Purnomo. 1996. Antibakteri Asap Cair Dari Limbah Pertanian Agritech 16(4) 19-22. Yogyakarta.
Febriani, R.A. 2006. Pengaruh konsentrasi larutan asap cair terhadap mutu belut (Monopterus albus) asap yang disimpan pada suhu kamar [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Girard, J. P. 1992. Smoking in Technology of Meat and Meat Products. J.P. Girard (ed).Ellis Horwood. New York.
Gumanti, F.M. 2006. Kaj ian sistem produksi dest i lat asap tempurung kelapa dan pemanfaatannya sebagai alternatif bahan pengawet mie basah [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Haras, A. 2004. Pengaruh konsentrasi asap cair dan lama perendaman terhadap mutu fillet cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap yang disimpan pada suhu kamar [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Jay, M.J. 1996. Modern Food Microbiology. Fifth Ed. International Thomson Publishing, Chapman & Hall Book, Dept. BC. p. 469−471
Jayarao, B.M., S.C. Donaldson, B.A. Straley, A.A. Sawant, N.V. Hegde, and J.L. Brown. 2006. A survey of foodborne pathogens in bulk tank milk and raw milk consumption among farm families in Pennsylvania. J. Dairy Sci. (89): 2451−2458.
Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. Edisi kelima, terjemahan Aminuddin, P. UI-Press, Jakarta.
Nurdin, E. 2011. Penyediaan Pakan Adiktif Herbal Bermineral Organik Untuk Menghasilkan Susu Organik. Lp-Unand
9
Nurdin, E., D.P.Putra, T. Amelia 2013.Analysis Of Heavy Metal Lead (Pb) Levels With Aas In Cow’s Milk By Giving Cumin (Cuminum cyminum L.),  
White Turmeric (Curcuma zedoaria rosc.), and Manggo Turmeric (Curcuma mannga val). Vol 16/21:1373-1377. DOI.103923/pjbs. Asian Network for Scientific Information.  
Prananta, Juni. 2005. Pemanfaatan Sabut dan Tempurung Kelapa serta Cangkang Sawit Untuk Pembuatan Asap Cair Sebagai Pengawet Makanan Alami. http://word-to-pdf.abdio.com. Quickly Convert Word (doc) RTF HTM CSS TXT to PDF.Universitas Malikussaleh Lhokseumawe.
Pszczola, D.E., 1995. Tour Highlights Production and Users of Smoke Based Flavours. Food Technology (1)70-74.
Siskos, I., A. Zotos., S. Melidou, and R. Tsikritzi. 2007. The effect of liquid smoking of fillets of trout (Salmo gairdnerii) on sensory, microbiological and chemical changes during chilled storage. Food Chem. 101: 458-464.
Standar Nasional Indonesia. 2000. No.:01-6366-2000. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Batas Maksimum Residu Dalam Bahan Makanan Asal Hewan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar