PENGGUNAAN KROMATOGRAFI GAS-CAIR UNTUK MENGANALISIS PESTISIDA METIDATION
PADA TOMAT
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk memenuhi kebutuhan makanan penduduk yang meningkat dari waktu ke
waktu terutama di negara berkembang, upaya produksi pangan sering menghadapi
kendala serangan hama yang menyebabkan gagal panen atau minimal hasil panen
kurang. Salah satu cara yang terbukti meningkatkan produksi tanaman pangan adalah
penggunaan pestisida, namun di sisi lain karena pestisida adalah bahan kimia
beracun, pemakaian pestisida berlebihan dapat menjadi pencemar bagi bahan
pangan, air dan lingkungan hidup.
Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan melalui berbagai siklus,
langsung atau tidak langsung, dapat sampai ke manusia, terhirup melalui
pernapasan, dan masuk ke saluran pencernaan bersama makanan dan air minum. Maka
sangat diperlukan pengontrolan dan analisa dari pestisida-pestisida tersebut.
Pestisida metidation merupakan golongan senyawa organofospat, dimana
senyawa ini dapat dianalisis dengan menggnakan kromatografi gas yang dilengkapi
dengan detektor fotometri nyala. Karena detektor fotometri nyala ini dilngkapi
dengan filter P yang hanya dapat
mendeteksi senyawa mengandung fosfor, menjadikan detektor ini sangat
tepat digunakan dalam analisis pestisida golongan organofospat, tanpa terganggu
oleh adanya pengotor di dalam matriks sampel dibandingkan metode pemisahan
lainnya.
Pada penentuan kadar pestisida ini kita juga menggunakan sistem
ekstraksi, dimana sistem ekstraksi merupakan metode yang digunakan sebelum
dilakukannya metode GC. Dengan adanya bantuan metode ektraksi, kita dapat
memperoleh senyawa yang akan dideteksi secara kromatografi gas. Kromatografi
gas memainkan peranan yang penting karena tersedianya detektor yang sensitif
dan selektif untuk senyawa-senyawa halogen dan organophosphat.
Kromatografi gas merupakan metoda secara fisika kimia, yang digunakan
untuk senyawa-senyawa yang volatil. Pada cara ini komponen-komponen campuran
mengalami partisi antara fasa gerak dan fasa diam. Untuk kromatografi gas-cair,
fase geraknya gas murni tetapi fasa diam berupa cairan (gas liquid
chromatography).
Untuk lebih memahaminya, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah teknik
kromatografi gas ini dapat menganalisis kandungan Pestisida Metidation dalam
sampel tomat?
2.
Apakah keunggulan kromatografi gas dibandingkan dengan
metode lain?
3.
Mengapa digunakan metode kromatografi gas?
Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui cara kerja kromatografi gas.
2.
Untuk mengetahui bagian-bagian utama dari kromatografi
gas beserta fungsinya.
3.
Untuk mengetahui
keunggulan metode kromatografi gas dibandingkan dengan metode lain.
4.
Untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terdapat pada
pestisida metidation.
BAB II
TEORI DASAR
Sejarah Kromatogarfi Gas
Pada tahun 1952, james dan martin menciptakan suatu bentuk kromatografi
yang menggunakan gas sebagai fasa gerak. Terjadinya pemisahan disini, selain
didasarkan pada interaksi komponen dengan fasa diam, juga bergantung dari
perbedaan titik didih komponen-komponen yang akan dipisahkan. Tetapi tidak
semua campuran komponen dapat dipisahkan dengan kromatografi gas, terutama
apabila komponen tersebut mempunyai titik didih yang terlalu tinggi sehingga
sukar untuk menguap atau jika komponen mengurai pada suhu yang relatif tinggi.
Kromatografi gas merupakan metoda secara fisika kimia, yang digunakan
untuk senyawa-senyawa yang volatil. Pada cara ini komponen-komponen campuran
mengalami partisi antara fasa gerak dan fasa diam. Kromatografi gas-padat
adalah kromatografi gas yang fasa gerak gas murni, sedangkan sebagai fasa diam
bisa berupa padatan (gas solid chromatography). Untuk kromatografi gas-cair,
fase geraknya juga gas murni tetapi fasa diam berupa cairan (gas liquid
chromatography ; GLC).
Apabila konsentrasi masing-masing komponen didalam fasa gerak dialurkan
terhadap banyaknya fasa gerak (ml) yang dibutuhkan untuk membawa keluar setiap
komponen dari kolom, maka akan diperoleh kurva yang disebut kromatogram.
Contoh kromatogram


Waktu retensi (tR) adalah perbedaan waktu antara penyuntikan komponen
sampel dengan puncak maksimum yang tercatat pada kromatogram. Volume retensi
(vR) adalah produk dari waktu retensi dan kecepatan aliran gas pengemban.
Umumnya, waktu retensi yang sudah disetel(t’R) dan volume retensi yang sudah
disetel (v’R), dan retensi relatif (T A/B) digunakan untuk analisis kualitatif.
Waktu retensi atau volume retensi yang sudah disetel adalah perbedaan
antara waktu retensi atau volume retensi dari sampel dengan suatu komponen yang
inert, biasanya udara. Retensi relatif adalah rasio dari waktu retensi atau
volume retensi yang disetel dari standar dengan waktu retensi atau volume retensi
yang disetel dari komponen sampel.
Sistem Kromatografi Gas (GLC)
Sistem peralatan dari kromatografi
gas terdiri dari 7 bagian utama diantaranya
1.
Tabung gas pembawa
2.
pengontrolan aliran dan regulator tekanan
3.
injection port (tempat injeksi cuplikan)
4.
kolom
5.
detektor
6.
rekorder (pencatat)
7.
sistem termostat untuk (3), (4), (5)


Cara pemisahan dari sistem ini sangat sederhana sekali, cuplikan yang
akan dipisahkan diinjeksikan kedalam injektor, aliran gas pembawa yang inert
akan membawa uap cuplikan kedalam kolom. Kolom akan memisahkan
komponen-komponen cuplikan tersebut. Komponen-komponen yang telah terpisah tadi
dapat dideteksi oleh detektor sehingga memberikan sinyal yang kemudian dicatat
pada rekorder dan berupa puncak-puncak (kromatogram).
1.
Gas Pembawa
Gas pembawa ditempatkan dalam tabung bertekanan tinggi. Untuk memperkecil
tekanan tersebut agar memenuhi kondisi pemisahan maka digunakan drager yang dapat mengurangi tekanan dan
mengalirkan gas dengan laju tetap. Aliran gas akan mengelusi komponen-komponen
dengan waktu yang karaterisitik terhadap komponen tersebut (waktu retensi).
Karena kecepatan gas tetap maka komponen juga mempunyai volume yang
karateristik untuk gas pembawa (volume retensi).
Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh gas pembawa
adalah :
1.
inert, agar tidak terjadi interaksi dengan pelarut.
2.
murni, mudah didapat dan murah harganya.
3.
dapat mengurangi difusi dari gas
4.
cocok untuk detektor yang digunakan.
2.
Tempat Injeksi
Sebelum memasuki kolom maka ia harus dirubah menjadi uap dan ini
dilakukan pada tempat injeksi. Suhu pada tempat injeksi ini haruslah ± 50
C diatas titik didih tertinggi yang ada dalam campuran
cuplikan dan tidak boleh terlalu tinggi karena kemungkinan dapat mengurai
senyawa yang akan dianalisa.

3.
Kolom
Ada 2 jenis kolom yang digunakan dalam kromatografi gas secara umum,
yaitu kolom jejal (packed columns) dan kolom tubuler terbuka (open tubulas
columns). kolom jejal (packed columns) adalah kolom metal atau gelas yang diisi
bahan pengepak terdiri dari penunjang padatan yang dilapisi fase cair yang
tidak menguap (untuk kromatografi gas-padatan). Kolom tubuler terbuka sangat
berbeda dengan kolom jejal, yaitu gas yang mengalir sepanjang kolom tidak
mengalami hambatan, karena kolomnya merupakan tabung tanpa bahan pengisi.
Kolom jejal umumnya mempunyai panjang yang berkisar antara 0,7 sampai 2
meter, sedangkan kolom tubuler terbuka dapat mempunyai panjang dari 30 sampai
300 meter. Kolom yang panjang ini biasanya dibuat dalam bentuk melilit
bergulung seperti spiral.
Kemampuan memisahkan komponen per meter kolom pada kolom tubuler terbuka
tidak jauh berbeda dengan pemisahan pada kolom jejal. Meskipun demikian,
penggunaan kolom yang sangat panjang bersama-sama dengan waktu analisis yang
relatif cepat merupakan alat penolong yang berharga bagi para ahli kimia untuk
dapat memisahkan komponen-komponen yang perbedaannya kecil didalam sifat-sifat
fisiknya.
Ada 2 jenis kolom tubuler terbuka, yaitu WCOT (Wall Coated Open Tubular
Columns) dan SCOT (Support Coated Open Tubular Columns).
4.
Detektor
Detektor dapat menunjukan adanya sejumlah komponen didalam aliran gas
pembawa serta sejumlah dari komponen-komponen tersebut. Detektor yang
diinginkan adalah detektor yang mempunyai sensitifitas yang tinggi, noisenya
rendah, responnya linear, dapat memberikan respon dengan setiap senyawa, tidak
sensitif terhadap perubahan temperatur dan kecepatan aliran dan juga tidak
mahal harganya.
5.
Rekorder
(pencatat)
Rekorder jenis potensiometer yang dipergunakan dalam kromatografi gas adalah
servo-operated voltage balancing device.
Adapun keunggulan dari kromatografi gas-cair (GLC) yaitu :
1.
Kecepatan
a.
gas yang merupakan fasa bergerak sangat cepat
mengadakan kesetimbangan antara fase bergerak dengan fase diam.
b.
kecepatan gas yang tinggi dapat juga digunakan
2.
Sederhana
Alat GLC relatif sangat mudah dioperasikan. Intrepretasi langsung dari
data yang diperoleh dapat dikerjakan. Harga dari alat GLC relatif murah.
3.
Sensitif
GLC sanagt sensitif . Alat yang paling sederhana dapat mendeteksi konsentrasi
dalam ukuran 0,01% (= 100 ppm). GLC hanya memerlukan sejumlah kecil dari
cuplikan, biasanya dalam ukuran mikroliter karena sensitivitas dari GLC ini sangat tinggi.
4.
Pemisahan
Dengan GLC memungkinkan untuk memisahkan molekul-molekul dari suatu
campuran, di mana hal ini tidak mungkin dipisahkan dengan cara-cara yang lain.
5.
Analisa, dapat digunakan sebagai :
1)
Analisa kualitatif yaitu dengan membandingkan waktu
retensi.
2)
Analisa kuantitatif yaitu dengan perhitungan luas
puncak.
6.
Alat GLC dapat dipakai dalam waktu yang lama dan
berulang-ulang
EKSTRAKSI
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Ektraksi
banyak digunakan dalam pemisahan.
Ektraksi sangat mirip dengan distilasi.
Proses ekstraksi
pelarut berlangsung tiga tahap, yaitu :
1)
Pembentukan kompleks tidak bermuatan yang merupakan
golongan ekstraksi.
2)
Distribusi dari kelompok yang terekstraksi.
3)
Interaksinya yang mungkin dalam fase organik.
Ada beberapa macam pelarut pengsolvasi seperti eter ester dan
senyawa-senyawa organofosfor netral dimana pada prinsipnya hanya berguna untuk
pemisahan saja. Dietileter, etil-asetat, metil-isobutil keton, mesitil-oksida
merupakan pelarut teroksigenasi. Ekstraktan seperti asam organofosfor sering
digunakan untuk ekstraksi kuntitatif dari unsur-unsur transisi dan unsur-unsur
transisi dalam.
Pestisida metidation
Pestisida metidation merupakan salah satu golongan
pestisida organofosfat yang heterosiklik.
Metidation
Identitas
Nama kimia
O,O-dimetil-S-(2-metoksi-1,3,4-thiadiazol-5(4H)-onyl-(4)-metil)-ditiopospat
Nama lain
SUPRACIDE
/ ULTRACIDE
Ciba-geigy (GS 13005)


Struktur kimia


Sifat fisik
Bentuk fisik :
kristal bubuk bewarna putih
Titik lebur :
39-40
C

Tekanan uap :
1.0 x 10
mm Hg pada 20
C


Massa jenis :
1.495 g/cm
pada 20
C


Kelarutan : pada air 240 ppm = 0.024%
pada 20
C,tidak larut pada metanol, aseton, benzena

Kestabilan : relatif stabil pada pH netral
dan unsur yang bersifat Asam lemah, tidak ada perubahan selama 3 hari didalam
penyangga pospat atau dalam larutan HCl 0,01 N. Kestabilan pada unsur alkali
sangat rendah.
Kemurnian
material : minimum 95 %
BAB III
PEMBAHASAN
Analisis pestisida metidation yang merupakan golongan senyawa
organofospat yang terdapat pada tomat dapat dianalisis dengan menggunakan alat
kromatografi gas karena alat ini memiliki sensitivitas yang sangat tinggi
dibandingkan dengan metode lain, hanya memerlukan sejumlah kecil cuplikan. Alat kromatografi gas juga dilengkapi dengan
detektor fotometri nyala. Karena detektor fotometri nyala ini dilngkapi dengan
filter P yang hanya dapat mendeteksi
senyawa mengandung fosfor, menjadikan detektor ini sangat tepat digunakan dalam
analisis pestisida golongan organofospat, tanpa terganggu oleh adanya pengotor
di dalam matriks sampel dibandingkan metode pemisahan lainnya.
Sebelum dilakukan metode kromatografi gas, terlebih dahulu dilakukan
ektraksi pada sampel tomat agar kita dapat memperoleh senyawa yang akan
dideteksi, pelarut dan ekstrak dipisahkan dengan menggunakan rotary evaporator,
sehingga ekstrak sampel yang diperoleh lebih pekat. Kemudian ekstrak yang
diperoleh dinjeksikan ke dalam injektor. Fungsi utama dari sistem penyuntikan
sampel adalah untuk menerima sampel, menguapkannya segera jika sampel dalam
bentuk bukan gas. Sampel disuntikkan dengan suntikan mikro, penyuntikan harus
terjadi secara kilat. Setelah sampel diinjeksikan kedalam injektor, sampel akan
diubah menjadi uap, lalu aliran gas pembawa yang inert akan membawa cuplikan yang
telah teruapkan masuk ke dalam kolom. Kolom yang digunakan adalah kolom jejal
(kolom tertutup) dimana tabung diisi dengan bahan padat yang lembam (inert)
yang dilapisi dengan fase cairan kental yang tidak menguap. Suhu kolom harus
dipertahankan dalam kisaran kurang lebih 0,1 C. Kolom akan memisahkan
komponen-komponen dideteksi oleh detektor. Sebelum dihubungkan dengan detektor, kolom perlu
diberi perlakuan kondisioning yang bertujuan untuk menghilangkan
komponen-komponen yang menguap yang dapat mengganggu detektor dan menyebabkan
terbentuknya garis dasar yang tidak stabil. Dari detektor, akan terbentuk
sinyal dalam bentuk puncak yang dihasilkan oleh pencatat (rekorder) berupa
kromatogram. Pada detektor, akan diperoleh juga waktu retensi, dimana dari
waktu retensi yang diperoleh akan diketahui senyawa yang terdapat dalam sampel.
BAB IV
KESIMPULAN
Pestisida metidation merupakan
golongan senyawa organofospat, dimana senyawa ini dapat ditentukan kadarnya
dengan menggunakan kromatografi gas yang lengkapi dengan detektor fotometri
nyala. Karena detektor fotometri nyala ini dilengkapi dengan filter P yang
hanya dapat mendeteksi senyawa mengandung fosfor, menjadikan detektor ini
sangat tepat digunakan dalam analisis pestisida golongan organofospat, tanpa
terganggu oleh adanya pengotor di dalam matriks sampel.
Pada penentuan kadar pestisida ini kita juga menggunakan sistem
ekstraksi, dimana sistem ekstraksi merupakan metode yang digunakan sebelum
dilakukannya metode GC. Dengan adanya bantuan metode ekstraksi, kita dapat
memperoleh senyawa yang akan dideteksi secara kromatografi gas.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur E. Schwarting, Roy J. Girtter, James M.
Bobbitt. 1991. Kromatografi Edisi Ke 2.
Penerbit ITB. Bandung .
Fardiaz, Dedi. 1989. Kromatografi Gas Dalam Analisis Pangan. Penerbit IPB. Bandung.
Kantasubrata, Julia dkk. 1990. Dasar-Dasar Kromatografi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Bandung.
Panut, Djojosurmarto. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Saatrohamidjojo, Hardjono. 1991. Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
S. M. Khopkar. 2003. Konsep Dasar Analitik. Penerbit UI.
Jakarta.
www. Incem.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar